NAMA
: Claudia
Maharani
NIM
: 1801448045
HARI / TANGGAL
: Selasa, 24 Maret 2015
Pada hari
selasa, tanggal 24 Maret,saya dan kelompok melakukan pembuatan lubang biopori
untuk pertama kalinya. Sebelumnya saya mohon maaf atas keterlambatan saya dalam
melakukan pelaporan kegiatan ini. Dalam pembuatan lubang biopori pertama ini
kami mengambil lokasi dikawasan kemanggisan dekat Kampus Binus Syahdan
Palmerah RT003/RW015 JAKARTA BARAT, lebih tepatnya di depan rumah Bapak
Haji Kimik.
Untuk memulai
pembuatan biopori ini, kami terkendala dalam beberapa masalah, yaitu:
·
Izin
dari RT dan RW setempat
ð
Dikarenakan
kegiatan ini menyangkut banyak pihak, sehingga mengharuskan kami untuk mendapat
izin terlebih dahulu dari RT dan RW dikawasan tersebut. Dan surat izin tersebut
baru disetujui oleh ketua RW pada tanggal 11 Maret 2015, yaitu pada minggu
kedua di bulan Maret sehingga memperlambat proses kerja kami dalam melakukan
pembuatan lubang biopori.
·
Penentuan
lokasi pembuatan lubang biopori
ð
Dalam menentukan lokasi yang akan digali, kami
harus berkoordinasi dengan ketua RT 003. Dalam upaya menentukan lokasi kami
terkendala oleh sulitnya menemukan lahan yang pas untuk dijadikan lokasi
pembuatan biopori dikarenakan semenisasi yang telah dilakukan dikawasan
tersebut.
·
Alat
Bor Biopori
ð
Setelah
mendapat izin dan lokasi yang pas, tidak serta-merta kami dapat langsung
memulai pembuatan biopori dikarenakan ketidak-tersediaan alat bor biopori. Kami
telah berusaha mencari diberbagai toko seperti toko bangunan, toko alat
pertanian dan perkebunan, namun hasilnya nihil. Namun untungnya salah seorang
dari anggota kelompok kami menemukan alat tersebut di sebuah toko online. Kami memutuskan
untuk membeli alat tersebut secara online dan alat tersebut baru kami terima
pada tanggal 23 Maret 2015.
|
GAMBAR 1. Penggalian Lubang menggunakan Bor Biopori |
Setelah menyelesaikan serangkaian masalah
yang ada, kami pun akhirnya dapat memulai proses kegaitan pembuatan lubang
biopori ini. Tanggal 24 Maret 2015 pukul 08.00 kami telah sepakat untuk
berkumpul di depan kosan anggur tepatnya disebelah pintu keluar BINUS Syahdan
untuk sama sama berangkat menuju rumah Bapak Haji Kimik. Dalam perjalanan
kesana, kami sedikit mengalami kendala menemukan lokasi rumah bapak H. Kimik
dikarenakan banyaknya gang yang harus dilalui. Syukurlah, setelah sekitar 10
menit mencari-cari, kami berhasil menemukannya. Didepan rumah, Bapak Haji Kimik
telah menunggu kedatangan kami bersama beberapa orang tetangganya.
Setiba dilokasi
kami langsung memulai proses pembuatan luabang biopori setelah sebelumnya Bapak
Haji Kimik memberitahu kami lokasi mana yang boleh digali dan mana yang tidak dikarenakan
terdapat pipa saluran air yang
mengalirkan air dari rumah warga ke got terdekat. Setelah mendapat arahan dari
beliau, dengan tidak membuang-buang waktu lagi, kami langsung memulai kegiatan
kami.
Seperti yang telah
saya jelaskan dalam post sebelumnya mengenai proses pembuatan lubang biopori,
setelah menentukan lokasi tanah kita langsung membuat lubang dengan diameter
10cm dan kedalaman 100c menggunakan alat Bor biopori.
Namun sayangnya, lokasi yang kami temukan
tidak mudah untuk digali, terdapat banyak bebatuan dan semen yang menghalangi. Awalnya
kami menggunakan bantuan palu bangunan untuk menghancurkan bebatuan dan semen
tersebut, namun tidak berhasil. Kami
tidak menyerah begitu saja, kami coba menggunakan linggis dan untungnya kami
berhasil menghancurkan bebatuan semen tersebut.
|
GAMBAR 2 Penghancuran bebatuan menggunakan palu bangunan |
|
GAMBAR 3 Penghancuran bebatuan menggunakan Linggis
|
Keadaan cuaca
yang begitu panas ditambah dengan keadaan kami yang tidak terbiasa melakukan pekerjaan
seperti ini mengakibatkan tubuh ini mengeluarkan keringat yang begitu banyak
hingga terlihat seperti orang yang habis mandi J Namun kam pantang menyerah, kami terus berjuang untuk
menyelesaikan pembuatan lubang biopori ini.
|
GAMBAR 4. Penggalian Lubang Biopori |
Gambar disamping memperlihatkan
penggalian yang sudah mencapai setengah dari panjang Bor biopori. Dengna usaha
yang begitu maksimal kami terus berusaha untuk menambah kedalaman dari lubang
tersebut. Tak jarang, kami harus kembali bertemu dengan bebatuan keras yang
menghalangi proses penggalian. Sehingga kami harus mengeluarkan tenaga ekstra
untuk menghancurkan bebatuan tersebut menggunakan linggis kembali. Setelah bebatuan
tersebut hancur barulah kami dapat melanjutkan penggalian. Untuk tambahan, bila
teman teman ada yang harus mengguanakan linggis dalam pembuatan lubang biopori,
berhati-hatilah dalam pengunaannya. Karna bila tidak, linggis dapat melukai
tangan teman teman sekalian seperti yang kami alami. Hampir semua tangan
mengalami lecet bahkan sampai berdarah karna kurang hati-hati dalam menggunakan
linggis.
Setelah merasa
cukup dalam dan merasa sangat kelelahan, kami mencoba untuk memasukkan pipa
yang telah kami siapkan sebelumnya. Berharap kedalaman lubang tersebut telah
pas dengan pipa. Namun sayangnya, kedalaman lubang masih jauh dari harapan. Pipa
hanya tenggelam setengahnya ketika dimasukkan kedalam lubang. Mungkin efek badan
yang sudah sangat lelah membuat kami merasa kalau lubang sudah sangat dalam
L
|
GAMBAR 5 Pipa yang masih tenggelam setengah bagian |
Kami memutuskan
untuk beristirahat sejenak sambil melepas dahaga untuk mengembalikan stamina
kami yang nyaris habis terkuras. Setelah merasa cukup untuk beristirahat kami
kembali melanjutkan pekerjaan kami, berusaha untuk terus menambah kedalaman
lubang yang telah kami gali. Terus dan terus berusaha ditengah cuaca yang semakin tidak bersahabat
dimana panas yang sangat terik, dengan mengandalkan sisa tenaga yang masih
tersisa akhirnya kami dapat menggali lubang hingga linggis dapat masuk
seluruhnya.
|
GAMBAR 6. Linggis yang masuk seluruhnya |
Setelah melihat
linggis yang telah dapat masuk seluruhnya, kami merasa sangat senang. Ini
menandakan bahwa penggalian kami telah hampir selesai. Kami kembali bersemangat
dan menjadi termotivasi untuk segera menyelesaikan pekerjaan ini. Kami terus
menggali hingga kedalaman lebih kurang mencapai satu meter yang ditandai dengan
bor biopori yang telah mencapai posisi teratas. Karna dengan begitu pipa dapat
masuk kedalam lubang dengan seutuhnya .
Selang tak berapa lama penggalian kami
pun telah mencapai kedalaman lebih kurang satu meter. Kami semua bersorak
kegirangan melihat hal ini. Ini berarti sedikit lagi pekerjaan kami akan
selesai. Kami segera menyiapkan pipa yang telah dilubangi sisinya untuk segera
dimasukkan kedalam lubang tersebut. Namun sebelumnya pipa tersebut harus
ditutup bagian bawahnya dengn penutup pipa yang berlubang serta diisi dengan
dedaunandan sampah mudah hancur lainnya untuk dapat dijadikan pupuk kompos. Selain
itu sampah dedaunan tadi juga dapat menimbulkan
aktivitas
organisme dan mikroorganisme
tanah sehingga meningkatkan kesehatan tanah dan perakaran tumbuhan sekitar.
Organisme dan mikrorganisme tanah memiliki peran penting dalam ekologi
diantaranya sebagai detritivora dan pengikat nitrogen dari atmosfer.
|
GAMBAR 7. Bor biopori yang telah
mencapai puncak atas |
Jadi penggunaan sampah dedauanan sangat
penting dalam pembuatan lubang biopori ini, agar manfaat dari lubang biopori
dapat dirasakan secara maksimal. Setelah pipa diisi dengan sampah dedaunan,
pipa kembali ditutup bagian atasnya dengan menggunakan tutup pipa yang
berlubang untuk selanjutnya pipa tersebut dimasukkan kedalam lubang yang telah
digali tadi.
|
GAMBAR 8. Pipa yang telah dilubangi |
Kami mengalami sedikit kendala dalam proses memasukkan pipa
kedalam lubang tersebut dikarenakan diameter lubang yang ternyata kecil
dibagian dalamnya. Kami harus ekstra hati-hati dan tidak boleh memaksakan pipa
untuk masuk agar pipa tersebut jangan sampai patah ataupun pecah bagian
bawahnya. Dengan sedikit kesabaran akhirnya kami berhasil memasukkan pipa
tersebut kedalam lubang. Rasa senang yang sangat luar biasa menyelimuti
kelompok kami. Terbayar sudah jerih lelah dan keringat yang telah banyak
menetes dari tubuh ini. Para warga pun terlihat bahagia dengan apa yang telah
kami lakukan, mengingat kami yang tidak terbiasa bahkan tidak pernah melakukan
pekerjaan seperti ini namun dapat menyelesaikannya. Ini merupakan pencapaian
yang luar biasa bagi saya pribadi, maklum saja saya seorang anak mami yang
tidak terbiasa dengan pekerjaan semacam ini.
|
GAMBAR 9 proses memasukkan dedaunan
kering kedalam pipa
|
|
GAMBAR 10 Pipa yang telah berhasil
masuk kedalam lubang |
Pekerjaan belum
selesai sekalipun pipa telah masuk kedalam lubang. Kami masih harus merapikan
pinggiran sekitar lubang dengan menggunakan tanah galian agar menjadi lebih
rapi dan tidak terdapat jarak antara pipa dengan lubang seperti gambar diatas. Setelah
selesai merapikan lubang tersebut, kami membuat satu lubang biopori lagi disebelah
lubang yang pertama dengan cara yang sama sebelumnya.
Dikawasan ini kami hanya membuat dua
lubang saja dikarenakan kondisi tanah yang tidak memunginkan untuk dilakukan
penggalian. Kontur tanah yang berbatu-batu ditambah semenisasi yang telah
dilakukan dihampir seluruh wilayah dikawasan ini membuat kami memutuskan untuk
mencari wilayah lain untuk dijadikan lokasi penggalian lubang biopori. Berikut hasil
dari dua lubang biopori yang kami buat didaerah kemanggisan dekat BINUS
Syahdan:
|
GAMBAR 11. Dua lubang Biopori dikawasan Kemanggisan |
Untuk proses penyemenan sendiri akan kami lakukan lebih
kurang satu minggu lagi, mengingat kondisi tanah yang masih basah sehingga
tidak mumungkinkan untuk langsung dilakukan proses penyemenan. Dalam tugas ini kami
diwajibkan untuk membuat 10 lubang biopori dan kami baru menyelesaikan 2 lubang
saja. Untuk 8 lubang lagi akan kami lakukan ditempat berbeda dan akan saya
jelaskan pada post yang berikutnya.
Dari hasil kegiatan kami di kawasan Kemanggisan ini kami mendapat
banyak pengalaman yang sangat berharga. Khususnya bagi saya pribadi saya
menjadi lebih mengerti apa yang dirasakan oleh para pekerja buruh kasar
dijalanan seperti para penggali kabel telkom. Bagaimana beratnya yang harus
mereka rasakan hanya demi sesuap nasi sementara saya hanya dengan gampang nya
membuang makanan yang tidak saya suka. Selain itu saya mendapat mengamalkan nilai
pancasil sila ketiga yakni mengenai Persatuan. Saya merasakan kebersamaan
bersama kelompok saya dalam menyelesaikan pekerjaan ini. Saling membuang ego
masing masing dan barusaha untuk menahan emosi karna situasi yang sangat capek
ditambah cuaca yang begitu panas mebuat kami sangat mudah untuk terpancing
emosi. Namun syukurlah, masing masing dari kami dapat manjaga perasaan sesama
dan saling mencoba untuk mengerti dengan keadaan yang ada
Selain itu kami juga
mengamalkan nilai pancasila sila ke-empat yakni Musyawarah dan Mufakat. Dimana
dalam proses pengerjaan ini kami harus bekerja sama dengn RT, RW, serta warga
sehingga kami harus bermusyawarah dalam mengambil setiap keputusan demi
mendapatkan Mufakat.