Senin, 01 Juni 2015

Pembuatan Lubang Biopori 2

NAMA                                 : Claudia Maharani
NIM                                     : 1801448045
HARI / TANGGAL            : Rabu, 25 Maret 2015

SALAM BINUSIAN!!!

Pada post sebelumnya saya telah menceritakan proses pembuatan 2 lubang biopori dikawasan Kemanggisan. Nah kali ini saya akan menceritakan proses pembuatan lubang biopori yang berikutnya, karna kami diwajibkan untuk membuat 10 lubang biopori per kelompoknya. Untuk lokasi lubang biopori kali ini kami tidak melanjutkannya di kawasan Kemanggisan, karna lahan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penggalian, tanah yang sudah disemenisasi serta kontur tanah yang banyak mengandung bebatuan keras menjadi alasan kami untuk mencari lokasi yang baru. Kali ini kami memilih Kawasan cengkareng untuk dijadiakan lokasi pembuatan lubang biopori. Kenapa Cengkareng? karna menurut pengamatan kami, kawasan Cengkareng juga merupakan salah satu kawasan yang rawan terkena banjir di daerah Jakarat Barat.

Kami melakukan penggalian lubang Biopori di kawasan Cengkareng pada hari yang sama pada pembuatan lubang biopori sebelumnya, yaitu hari  Selasa, 24 Maret 2015. Setelah selesai melakukan penggalian dikawasan Kemanggisan pada pukul 10.00 WIB, kami langsung buru-buru berangkat menuju kawasan Cengkareng. Kami tiba di lokasi sekitar pukul 12.00 WIB atau lebih kurang 2 jam perjalanan. Setibanya dilokasi kami tidak membuang waktu lagi, kami segera melakukan pembuatan lubang biopori yang ketiga hingga kesepuluh yang berlokasi di Tegal Alur RT010/RW006, Cengkareng, Jakarta Barat. Lokasi tersebut terkenal akan banjir yang kerap kali melanda ketika musim hujan datang dan ketika hujan besar melanda lokasi.

Pengalaman dalam membuat lubang Biopori di kawasan Kemanggisan membuat kami lebih mahir untuk membuat lubang Biopori di kawasan Cengkareng ini. Dan Puji Tuhan, kontur tanah dikawasan Cengkareng ini tidak begitu berbatu batu, sehingga kami tidak perlu kembali mengeluarkan tenaga ekstra untuk menghacurkan bebatuan menggunakan linggis dan kami tidak perlu menambah goresan goresan lecet di tangan karna ketidak-mengertian kami dalam menggunakan linggis.

Sama seperti sebelumnya, sebelum melakukan penggalian kami terlebih dahulu menentukan lokasi pembuatan lubang Biopori. Setelah itu barulah kami melakukan penggalian lubang dengan diameter 10cm dan kedalaman 100cm. Begitu lubang telah mencapai kedalaman tersebut, kami menyiapkan pipa yang telah diisi oleh dedaunan dan sampah mudah hancur untuk selajutnya dimasukkan kedalam lubang. Berikut foto-foto proses pembuatan lubang biopori yang kami lakukan dikawasan Cengkareng:


Gambar 1. Proses Penggalian lubang Biopori
Gambar 2. Tanah yang baru mulai digali



Foto diatas menunjukkan proses awal dari penggalian lubang. Dapat dilihat, kondisi tanah lumayan berbeda dengan yang sebelumnya :) tanah dilokasi ini cendurung sedikit lebih mudah digali ketimbang tanah dilokasi Kemanggisan.


Gambar 3. pipa yang telah dimasukkan kedalam lubang

Setelah penggalian mencapai kedalaman lebih kurang 100cm, pipa dapat dimasukkan. Namun jangan lupa untuk memasukkan dedaunan dan sampah mudah hancur kedalam pipa terlebih dahulu. Setelah itu pipa dapat ditutup serta dirapikan bagian pinggirnya. Tampak pada foto diatas, terdapat satu lubang yang telah selesai dan satu lubang dalam tahap proses akhir pembuatan.

Dengan segala usaha dan kerja keras serta kerja sama tim yang kompak, akhirnya kami dapat menyelesaikan 10 lubang Biopori pada hari itu. Bahkan dalam proses penggalian lubang sendiri kami dibantu oleh warga disekitar lokasi pembuatan lubang tersebut.


Gambar 4. Bantuan warga dikawasan Cengkareng



Gambar 5. Warga yang membantu di kawasan Kemanggisan

Melihat bantuan dari para warga membuat kami sadar betapa penting nya lubang biopori ini bagi mereka. Mereka sangat berharap dengan pembuatan lubang Biopori yang kami lakukan disekitar kawasan mereka dapat membantu mengatasi banjir yang kerap kali terjadi bila hujan lebat datang melanda.

Proses pembuatan lubang Biopori kami memang telah selesai hingga 10 lubang, namun itu bukan berarti tugas kami telah usai. Kami masih harus melakukan penyemenan disekitar lubang biopori serta melakukan pengecekan dan pemantauan terhadap lubang Biopori yang telah kami buat untuk daapat mengetahui apakah lubang Biopori kami berfungsi dengan baik atau tidak. Untuk proses penyemenan dsb akan saya lanjutkan pada post berikutnya.

Dalam proses ini, saya kembali memahami nilai dari pancasila sila ketiga yakni mengenai Persatuan. Para warga yang merasa membutuhkan lubang biopori ini untuk membantu mengatasi masalah banjir dikawasan mereka mau ikut serta membantu kami dalam membuat lubang biopori ini, padahal kami pada awalnya dan pada dasarnya membuat lubang ini hanya untuk mendapatkan nilai semata. Saya yang sebelumnya mulai ragu akan masih adanya persatuan dan soliaritas di Indonesia, menjadi yakin bahwa di Indonesia masih ada persatuan, rasa solidaritas dan tolong menolong antar warganya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar